Sabtu, 24 Januari 2015

Perhatikan, Amy (Ketika cinta pergi, biarkan ia menemukan jalannya sendiri untuk kembali)

Cinta adalah mata angin yang berhembus diantara 8 penjuru langkahmu
Ketika cinta pergi, biarkan ia menemukan jalannya sendiri untuk kembali.

         Jadilah, maka terjadilah ia. Demikian salah satu bunyi kalam Tuhan yang begitu aku yakini kebenaran dan tak sedikitpun ada rasa keraguan didalamnya. Seperti halnya cinta yang bersumber dari Sang Maha Indah. Rasa ini merupakan anugerah yang membuat kehidupan menjadi terasa lebih memiliki warna. Dan bila keindahan itu diasimilasikan, maka cinta sanggup mengalahkan keanggunan pelangi seusai hujan. Cinta adalah sebuah ilusi terbesar yang mampu menyulap ketidakberdayaan menjadi kekuatan yang sanggup menembus berbagai batas diluar akal sehat. Akan tetapi, dibalik keagungannya cinta ternyata tak berdiri sendiri. Ada keegoan buta yang acapkali menutup pandangan seseorang dari keindahan cinta. Dan bila keegoan itu mendominasi akal, pikiran dan hati, maka pada akhirnya akan ada rasa bersalah yang tak mampu disampaikan karena saat itu cinta telah menjauh.
         Namaku Sultan, siswa kelas 3 sekolah menengah atas kota kembang-Bandung. Jika kalian pernah mendengar tentang ungkapan yang mengatakan bahwa SMA merupakan masa-masa paling indah dalam kehidupan, maka aku salah satu penganut yang mempercayai ungkapan ini. Mengapa demikian? Sebab dimasa inilah aku terperangkap dan mulai belajar tentang keajaiban cinta. Mengapa bisa terperangkap dan dikatakan belajar, ini dia jawabannya.
         Amy, begitulah aku sering menyebut namanya. Gadis yang kukenal semenjak remaja. Gadis sederhana yang sangat baik untuk dijadikan sahabat. Gadis pertama yang bersedia memberikan waktunya mendengarkan keluh kesahku. Gadis yang bersedia tertawa meskipun gurauanku tak lucu. Gadis yang mengajarkanku tentang cinta dalam makna sesungguhnya. Amy, sosok istimewa yang menciptakan rasa bersalah yang dalam dihatiku.
         Pertemanan kami dimulai melalui jejaring sosial Facebook. Media ini sangat membantu kami dalam berkomunikasi. Meski awalnya semua tampak begitu biasa, perlahan percakapan kami berlanjut dengan saling bertukar pesan dan berkirim kabar lewat suara. Tak ada yang salah dalam hubungan kami karena kedekatan ini hanya sebatas persahabatan, tak lebih. Namun seiring berjalannya waktu, timbul perasaan yang sangat sulit untuk diungkapkan. Entah apa yang menyebabkan semua terjadi? Ada sesuatu yang hilang ketika aku tak bertemu dengannya walau hanya sehari. Aku coba bertanya pada diri sendiri, pada teman-teman dekatku, pun pada Tuhan tentang apa yang sebernarnya terjadi? Dan ternyata jawabannya sederhana: aku diam-diam mulai menyukainya - maafkan aku, Amy.
         Persahabatan adalah sebuah perjalanan yang memberikan banyak kisah. Namun bagaimana bila didalam persahabatan melahirkan cinta? Apakah ini sebuah kesalahan? Jika iya, mengapa? Dan jika tidak, berikan aku alasannya? Demikian kalimat itu terus terngiang didalam pikiranku. Bagaimana mungkin cinta bisa hadir diantara kami? Jika Amy sudah memiliki kekasih sama sepertiku?
         “De, besok kamu sibuk nggak?”
         “Enggak. Memang kenapa?”
         “Jalan yuk?”
         “Jalan? Kemana kak?”
         “Nontonlah. Ada film bagus lho
         “Hmmm….Aku pikir dulu, ya kak. Nggak apa-apa kan?”
         “Okey deh. Aku tunggu ya”
         “Tut..tut” telpon terputus
         Malam ini aku masih sibuk menekuni soal-soal matematika untuk persiapan ujian. Baru menuju kesoal 19 sebuah pesan singkat masuk kedalam ponselku: besok siang jam 2 aku tunggu didepan rumah. Aku seperti tak percaya, maka kubaca ulang sebelum aku yakin itu adalah sms Amy. Aku terdiam sejenak menatap langit kamar dan tersenyum sendiri layaknya orang gila.
         “Hore, Berhasiiiiiiiilllll…..” teriakku sembari mengepalkan tangan ke udara
v     
         Langit bersinar cerah ketika dengan hati berdebar kunantikan Amy didepan rumah. Hari itu ia tampil dengan penampilan yang lebih berbeda. Aku menatapnya, ia membalas dengan senyum manis. Kamipun berangkat menuju XXI.
         Entah ini sebuah keberuntungan atau tidak, tak disangka langit yang tadinya bersinar cerah tiba-tiba berubah menjadi abu-abu. Perlahan dan pasti titik-titik air mulai mencurah dari arah langit. Aku memacu kencang kendaraan mencari tempat berteduh. Tak ingin basah terlalu parah aku menepikan motor disebuah warung tua yang sudah tak terpakai lagi. Kami saling memandang lalu saling menertawakan kondisi pakaian kami yang sudah basah tanpa bentuk. Aku membersihkan tempat duduk dan meminta Amy beristirahat sejenak menunggu hingga hujan reda. Hujan kali ini terus menunjukkan keperkasaannya, airnya mencurah kepermukaan bumi. Percikkannya sesekali menyentuh sepatu kami yang lembab. Udara dingin kian menusuk hingga kedalam tulang. Kutatap wajah Amy yang pucat dan berusaha menahan dingin. Meski agak ragu namun kuberanikan diri untuk duduk disampingnya. Ia tak sedikitpun melarangku bahan ia memberikanku ruang untuk berada disebelahnya. Kami memandang lurus kedepan sebelum perlahan kepalanya bersandar dibahuku. Aroma dingin kembali mengepung kami. Aku tersentak, ketika tangannya yang beku mengenggam tanganku.
         “De, kakak boleh jujur nggak?” ucapku coba meleburkan rasa dingin yang memeluk kami
         “Iya, kak. Ada apa?” wajah Amy serius menunggu kata-kataku selanjutnya
         “Kakak, mau kentut?” aku tersenyum menggodanya
         “Ah, nggak asyik” ucapnya ngambek sembari bertubi-tubi memukulku dengan manja
         “De, kakak mau jujur?”
         “Nggak?! Ia memalingkan wajahnya
         “Kakak, suka ade” ucapku pelan
         “Mau nggak, jadi pacar kakak?”
         Amy menunduk tajam menatapi ujung sepatunya tanpa sepatah kata. Beberapa saat kami tak saling bersuara. Akupun tak berani menatapnya karena merasa bersalah telah mengatakan sesuatu yang tak semestinya aku katakan dalam kondisi dimana kami telah memiliki kekasih. Mungkin aku egois, tapi sesuatu yang telah terucap tak dapat lagi ditarik kembali.
         “Ya, nggak apa-apa kalau ade juga nggak suka. Kan tinggal bilang aja”
         Gadis itu masih terdiam.
         “Ya sudah maafkan, kakak. Anggap saja kakak nggak bilang apa-apa” desakku
         “Bukan begitu kak. Kakak kan sudah punya pacar” tiba-tiba suaranya terucap perlahan
         “Kenapa ya kak, akhir-akhir ini aku merasa tak lagi nyaman dengan Andri karena sikapnya yang selalu marah-marah tanpa alasan”    
         Akupun diam tak menjawab pertanyaannya.
         “Jujur, entah kenapa kakak merasa tenang kalau sudah berbicara dengan ade. Apa alasannya kakak juga enggak tahu” aku coba menyakinkan
Amy menatapku ragu
         “Tapi bagaimana dengan Linda?” tanyanya
         Aku kaget ketika ia menyebutkan nama kekasihku. Sambil melemparkan pandangan ke berbagai arah aku mencari cara untuk kembali meyakinkannya.
         “Nanti kakak akan cari cara untuk mengakhiri semuanya” jawabku tegas
         Ia tak menatapku namun aku bisa merasakan titik keyakinan tumbuh disudut matanya.
         “Jadi?”
         “Jadi apa?”
         “Kakak diterima nih?”
         Gadis itu hanya menunduk memainkan sepatunya yang basah
         “Kakak ditolak?”
         “Kalau cewek diam tandanya apa?”
         “Diterima”
         Ia mengangguk. Tak terbayang rasa senangku kala itu. Kulihat Amy mengutak-atik handphonenya seperti mencari sesuatu.
         “Kakak, tahu enggak?. Amy suka banget lagu ini”
Reff: Cintaku tak pernah memandang siapa kamu
Tak pernah menginginkan kamu lebih dari apa adanya dirimu, selalu
Cintaku terasa sempurna karena hatimu
Selalu menerima kekuranganku, sungguh indah cintaku
Nicky Tirta ft. Vannesa Angel
         “Kakak juga suka” aku tersenyum setuju.
         Tak ada lagi kata-kata terucap. Kami lurus menatap langit yang menyisakan titik-titik hujan yang masih menggantung didedaunan. Waktu telah menunjuk warna jingga senja.
         “Kakak enggak lapar, cari makan yuk?” ajaknya
         “Bakso sepertinya enak. Yuk!!”
         Kamipun meninggalkan warung tua itu bergegas mencari makanan hangat untuk melepaskan sisa rasa dingin yang masih melekat ditubuh kami. Meski tak jadi menonton di XXI, namun dunia telah cukup kami miliki, terima kasih!!?
v          
         Kegagalan pertama menonton di XXI tidak menghalangi niat kami untuk kembali merencanakan hari yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama. Amy kini telah resmi mengakhiri hubungannya bersama Andri karena alasan tak lagi bisa menerima sikapnya yang semakin tidak terkendali. Sedangkan aku, hingga kini belum juga menemukan cara untuk memutuskan Linda. Sabtu siang usai melepaskan seragam pramuka, aku telah berencana untuk menonton film Amazing Spiderman yang baru saja rilis dibioskop. Didepan teras rumah Amy sudah menungguku dengan senyum yang selalu manis setiap harinya. Tanpa banyak basa-basi kami meluncur diantara teriknya mentari. Deras membelah langit siang, Apapun kondisinya, cinta memang selalu mampu menyejukkan suasana ataupun menghangatkannya.
         “Hp kakak bunyi tuh, kenapa enggak diangkat”
         “Ntar aja, lagi nyetir nih!”
         “Angkat kak. Siapa tahu penting?” Amy memintaku menepikan motor
         Aku membuka handphone. ada 4 panggilan tak terjawab: Linda sayangku. Ku abaikan panggilan itu, kemudian kembali memacu motor.
         “Kakak, ngerti enggak sih perasaan cewek?” tiba-tiba pertanyaan Amy menghampiriku
         “Maksudnya?”
         “Kakak tahukan kalau aku sayang sama kakak?”
         “Iya tahu”
         “Terus kapan kakak mau putusin Linda?”
         “Kakak belum dapat waktu yang tepat”
         “Aku butuh kejelasan tentang hubungan kita, kak?”
         Aku tak menjawab pertanyaannya. Sepanjang perjalanan kami tak lagi berbicara. Didepan masjid Ar-Rahman ia memintaku berhenti.
         “Kak, kita sholat Ashar dulu”
         Akupun melakukan sholat 4 rakaat sendirian. Usai sholat diteras masjid aku menunggunya. Entah suggesti atau tidak, kali ini aku membuktikan mukjizat air wudhu dan sholat. Amy menyapaku dengan ramah. Aku senang mendapati moment seperti ini. Andai sholat menjadi jalan penenang hati, mengapa bukan jalan ini yang aku pilih untuk mendamaikan suasana. Aku semakin merasa bersalah?!
         “Kak, kenapa enggak sholat bareng? Padahal Amy ingin diimami sama kakak” sebuah pertanyaan singkat yang kembali menusuk dalam nuraniku.
v     
         Ketidaktegasan dalam mengambil keputusan menjadi awal hancurnya hubungan yang kubangun meskipun terkadang aku sendiri tidak menginginkannya. Sebuah pesan masuk kedalam ponselku: Abi, demikian sederhana. Dan kutahu pasti satu kata itu dari Amy. Tidak ada yang salah dengan kata itu karena Amy memang menginginkan hubungan yang lebih dekat denganku. Dan panggilan abi adalah satu kata yang dia pilih untuk mengungkapkan rasa sayangnya. Akan tetapi, pesan itu terkirim pada waktu yang kurang tepat karena pada saat yang sama Linda sedang bersamaku.
         “Kak, apa maksudnya semua ini?” tanya Linda dengan tatapan serius. Aku tak menyangka jika Linda juga membaca pesan itu
         “Siapa Amy?”
         “Amy itu…..?” belum sempat kalimatku lengkap Linda kembali memotong
         “Oo….Jadi kalian selama ini selingkuh dibelakangku” bentaknya
         “Begini de. Biar kakak jelaskan dulu”
         “Enggak perlu. Aku tahu selama ini kakak tidak mengangkat telponku karena kakak sedang bersama diakan?” nada suaranya semakin meninggi
         “De, biar kakak jelaskan dulu?”
         “Enggak perlu”
         Seperti tanpa kendali kata-kata Linda mulai dipenuhi emosi. Dengan gusar ia mencoba menghentikan laju motorku. Aku tetap berusaha tenang. Namun luapan amarahnya terus-menerus membuncah hingga menemui titik tertingginya. Linda bersikeras turun, tangannya tak henti-henti memukul punggungku memaksaku menepikan motor.
         “De, jangan marah dulu. Biar kita bicarakan semuanya baik-baik”
         “Enggak !!! Pokoknya aku mau turun disini”
         Kutepikan kendaraan, ia pun turun
        “De, naik dulu, biar kakak antar pulang. Nanti sampai rumah kita bicarakan semua”
        “Enggak perlu. Aku tahu jalan pulang” tatapan Linda menahan airmata dikelopaknya.
        Linda berjalan menjauh meninggalkanku. Kucoba menahan tangannya. Dengan keras ia menghempaskan peganganku. Ia berbalik kearahku dengan tangis yang tak lagi mampu ia bendung. Ia tak mengucapkan sepatah katapun hingga sebuah taksi berhenti tepat didepannya. Linda memandangku penuh kebencian sebelum berlalu meninggalkanku sendiri.
v          
         Suara gaduh terdengar dari arah teras rumah. Awalnya aku tak peduli dengan semua itu. Hingga kak Della menuju kekamarku dan meminta untuk menemui beberapa orang yang sedang menunggu diruang tamu. Sungguh aku tak bisa berkata apa-apa ketika melihat 4 orang gadis: Amy, Linda, 2 orang yang temanku. Amy dan Linda memandangku meminta kejelasan status hubungan kami. Jujur saja, hingga saat ini aku belum berhasil menemukan waktu yang tepat untuk memutuskan Linda. Dan diwaktu bersamaan, Amy meminta penjelasan atas apa yang kami jalani. Tidak mudah menentukan pilihan seperti ini, namun ini benar-benar harus ditentukan.
        “Kak, apa maksud semua ini?” pertanyaan Amy deras kearahku
        “Kakak bilang akan memutuskan Linda. Kenapa sampai sekarang kakak belum putus?
        “Kenapa kakak tega melakukan ini ke Amy?” ucapnya menahan sembab dimatanya.
        Aku tak punya kekuatan untuk menatap mata Amy. Ada rasa bersalah yang dalam dan tak mampu kuucapkan padanya. Aku berusaha keras menenangkan perasaanku yang dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan. Aku benar-benar tidak bisa memilih. Seandainya ada tempat bagiku untuk melarikan diri dan bersembunyi, aku ingin segera meninggalkan tempat ini. Tapi sekali lagi, ketidaktegasan sikapku malah membuat semuanya semakin kacau. Aliran darah deras mengalir ke otak mencari jawaban.
        Kak Della seperti membaca arah pikiranku. Tanpa perintah, akhirnya ia mengambil alih situasi sebelum aku sempat menjadi nahkoda atas badai yang kuciptakan sendiri. Ah, aku tak habis-habisnya memaki diri sendiri didalam hati.
        “Tan, sekarang kamu sudah menjebak dirimu sendiri dalam situasi ini. Kakak enggakmau permasalahan ini semakin membesar. Sekarang kamu harus memilih, Linda atau Amy” pertanyaannya terlontar menghujam deras. Aku terdiam tanpa kata. Linda menunduk dan Amy tampak menunggu jawabanku
        “Tan, jawab?” sambungnya tegas.
         Berbagai cerita tentang Amy dan Linda bergantian masuk kedalam pikiranku. Memenuhi otak hingga seperti hendak pecah, lebur bersama semua kenangan didalamnya.
        “Tan, jawab?” kembali kak Della mendesakku dengan suara agak keras.
         Entah apa yang terlintas kemudian hingga tanpa sadar aku mengucapkan satu nama.
         “Linda”
         Setelah itu aku tak lagi mengucapkan satu kata. Dengan otoritasnya sebagai orang tertua kala itu, kak Della kembali mengeluarkan maklumatnya yang sangat tidak ingin kudengar.
         “Amy, sudah dengarkan apa pilihannya Sultan. Mulai sekarang jangan lagi Amy ganggu hubungan Sultan dan Linda”
         Amy tampak begitu kuat menerima kenyataan dihadapannya. Ia bahkan berjuang keras menahan genangan airmatanya agar tak terjatuh. Ia terdiam sejenak sebelum mengucap kata.
         “Terima kasih kak untuk semuanya” suara Amy hampir tak terdengar
          Aku begitu membenci kata-kata kak Della. Terlebih, aku sangat membenci diriku sendiri. Aku ingin menahan langkah Amy yang mulai berlalu. Namun dinding pembatas telah terpancang meninggi diantara kami. Sedangkan aku, terus terpuruk dalam rasa bersalah yang dalam.
v          
         Bandara Husein Sastranegera tampak ramai. Didalam ruangan yang dikepung aroma dingin, para penumpang pesawat yang baru saja landing mulai menyiapkan kereta dorong untuk mengambil barang-barang dari bagasi. Tak kalah sibuknya, petugas bandara memeriksa barang bawaan penumpang satu persatu sebelum melewati pintu keluar. Dikursi besi memanjang, beberapa penumpang dan para keluarga masih setia menunggu waktu keberangkatan tiba dengan wajah lelah dan cemas. Disamping mereka seorang pemuda begitu lahap menyantap segelas popmie dengan nikmat, kurasa itu adalah menu makan siangnya sebelum pesawat mengajaknya berputar-putar diangkasa. Masih disekitar area bandara pandanganku terus berkeliling hingga terhenti pada seorang gadis kecil yang tertawa bahagia dalam gandengan ibunya. Aku tak bisa menyembunyikan rasa gembira menatapnya karena senyum hangatnya melempar ingatkanku pada seseorang. Untuk sesaat wajah lucu gadis kecil bertopi merah itu menyedot seluruh perhatianku. Tak kusangka hadir segenggam rindu yang tak kumengerti menguncup kelopak mawar dari surga mana, Firdauskah? Entahlah.
         Bandung masih tetap sama dengan berbagai aktifitasnya yang seperti tak lelah berlari. Rasa penat dan kerja keras beradu dalam pertarungan diteriknya mentari siang itu untuk menentukan siapakah yang berhak pulang dengan membawa kemenangan. Meski setiap orang memiliki hak yang sama untuk kesuksesan namun ternyata tak semua orang mampu bertahan dari sengatan dan kerasnya tantangan. Sebagian orang tetap tinggal dikota ini berjuang mempertahankan hidup dengan cara-cara yang tak mudah. Sebagian yang lain keluar mengejar mimpi-mimpi yang tak pasti, aku salah satunya. Setelah 1 tahun kuhabiskan waktu dengan bekerja ditanah borneo dan 2 tahun berikutnya kugunakan waktu untuk kuliah di Jogjakarta, kali ini aku kembali. Sebuah taksi telah siap mengantarku menuju rumah. Tak ada hal yang paling menyenangkan saat kepulangan seperti ini selain pelukan hangat ibu dan keceriaan kakak serta adik-adikku. Rasanya aku tak ingin membuang-buang waktu. Taksipun bergerak perlahan, entah kerinduan apa yang menusuk jauh kedalam hatiku hingga aku meminta pak sopir menuju masjid Ar-Rahman untuk singgah sejenak menunaikan kewajiban asharku.
         Sama seperti kota ini yang tak banyak berubah. Masjid inipun masih tetap sama seperti pertama kali aku berkunjung kesini. Hanya terdapat perbedaan pada warna dan ukiran kaligrafi yang menghiasi dinding masjid. Jam ukiran kayu yang terus bergulir seperti kembali membawa kenangan masa lalu. Usai mengambil wudhu, seorang pria muda memintaku menjadi imam. Dengan mengucap takbir aku memulai raka’at pertama.
         “Allahu akbar” aku merasakan kedekatan yang meneduhkan dengan sang Khalik. Entah mengapa, tapi beberapa waktu ini aku seperti menjauh dari-Nya.
         “Assalamualaikum warahmatullah” kutolehkan kepala kekanan dan kekiri. Usai berdoa akupun melangkah menuju taksi.
         “Assalamualaikum” sapa lembut seorang gadis
         “Waalaikumsalam, Aaa…Amy?” tanyaku seperti tak percaya dengan apa yang kulihat.
         Gadis itu menatapku dengan senyuman indah. Kerudung besar yang ia kenakan menambah keanggunan diwajahnya yang diliputi sempurna cahaya purnama. Aku meyakinkan diriku bahwa ini bukanlah mimpi.
         “Apa kabar kak? Sudah lama enggak ketemu”
         “Alhamdulillah, kabar baik. Amy bareng siapa?”
         “Bareng Galih, Kak”
         “Galih?”
         “Yang sholat dibelakang kakak. Amy yang memintanya sekalian Amy berjamaah dishaf wanita. Tadi Amy sempat melihat kakak ditempat wudhu pria. Meski awalnya kurang yakin, tapi perasaan Amy mengatakan kalau itu kakak. Ternyata Amy benarkan. Makanya Amy meminta Galih menjadi makmumnya kakak”
         Aku hanya bisa mengangguk. Pikiranku tertuju pada pria bernama Galih, kemana ia saat ini?Apakah ia kekasih Amy? Jika iya, beruntung sekali pria itu bisa mendapatkan pribadi seperti Amy, gumamku didalam hati. Andai waktu bisa diulang kembali. Aku tidak akan pernah merasakan kehilangan seperti ini. Rasa bersalah kembali hadir. Jujur, tak mudah melupakanmu.
         “Kakak darimana?” pertanyaan itu meleburkan lamunanku
         “Oh,…aku baru datang dari Jogja. Kamu?”
         “Amy juga baru tiba dari Malaysia”
         “Malaysia?”
         “Iya. Amy kuliah disana, Kak. Sekarang lagi proses tahap akhir ujian skripsi. Tapimumpung ada liburan jadi dimanfaatin saja buat pulang. Kangen mamah, mau sekalian minta doanya biar urusan disana lancar. Oh ya, Kakak sendiri dari mana, kok bawaannya banyak?”
         “Dari Jogja”
         “Jogja? Bikin apa kak?”
         “Kerja tapi sekalian kuliah”
         “Wah hebat dong. Kuliah fakultas apa?”
         “Kedokteran”
         “Berarti nanti jadi tukang suntik dong?” ucapnya tersenyum
          Aku mengangguk dan ia pun kemudian tertawa. Dari jauh Galih datang dengan sekantung buah apel menyimpannya dimobil dan perlahan mendekati kami
         “Kak, buruan pulang yuk, sudah ditunggu bunda dirumah” ajak suara Galih
         “Kakak?” ucapku kaget
         “Iya. dia adikku, kuliah di Jogja juga” jawab Amy.
         “Amy duluan ya kak. terima kasih sudah mau mengimami kami. Sebenarnya sudah lama juga Amy ingin diimami kakak. Alhamdulillah, kali ini Tuhan mengabulkannya” Gadis bergamis indah itu menyedekapkan tangan tersenyum. Aku semakin salah tingkah
         “De, aku minta maaf untuk semua kesalahanku” ucapku pelan.
          Gadis itu kembali tersenyum
         “Enggak apa-apa, kak. Amy sudah lama memaafkan dan melupakannya. Nanti kalau kakak ada waktu, jalan-jalan kerumah. Tapi harus sebelum tanggal 26. Karena tanggal 26 nya Amy sudah balik lagi ke Malaysia. Kalau kakak mau datang, sms saja dulu. Nanti biar Amy siapkan nasi goreng kesukaan kakak”
         “Insya Allah” jawabku lega
         “Sudah dulu ya kak. Kasihan bunda sudah menunggu lama dirumah. Kakak hati-hati dijalan. Assalamualaikum kak Sultan”
         “Waalaikumsalam Rahmy Ananda Putri”

By : F. Muhammad

Jumat, 21 Oktober 2011

Budi Doremi - Do Re Mi

D
wa ga pat
G              D
do dododododo, re rerererere
Em             C
mi mimimimimi, fa fafafafafa
Chorus:
G
(do) doakan ku harus pergi
D
(re) relakan aku di sini
Em
(mi) misalnya aku kan pulang
C
(fa) fastikan kau tetap menunggu
G
(sol) soal cinta luar biasa
D
(la) lama-lama bisa gila
Em
(si) siapa yang tahu pasti
C
(do) doakan aku di sini
Int:G D
G                   D
adududuh duh aku percaya
Em                   C
kali ini kau pasti bisa yeah
G              D
kuku kutanya ada yang salah
Em                C  D
jelas ini luar biasa
C
hal yang baik tidak mudah
Bm
tak seperti kau bicara
Am           D         G
mereka mengerti ini terlalu jadi masalah
C
ketika kau mulai bisa
Bm
terbiasa untuk dapat
Am                D
menikmati hari-hari tanpaku di sini
[chorus]
G
(do) doakan ku harus pergi
D
(re) relakan aku di sini
Em
(mi) misalnya aku kan pulang
C
(fa) fastikan kau tetap menunggu
G
(sol) soal cinta luar biasa
D
(la) lama-lama bisa gila
Em
(si) siapa yang tahu pasti
C           D
(do) doakan aku di sini
G D Em C
C
hal yang baik tidak mudah
Bm
tak seperti kau bicara
Am           D         G
mereka mengerti ini terlalu jadi masalah
C
ketika kau mulai bisa
Bm
terbiasa untuk dapat
Am                D
menikmati hari-hari tanpaku di sini
Chorus:
G
(do) doakan ku harus pergi
D
(re) relakan aku di sini
Em
(mi) misalnya aku kan pulang
C
(fa) fastikan kau tetap menunggu
G
(sol) soal cinta luar biasa
D
(la) lama-lama bisa gila
Em
(si) siapa yang tahu pasti
C           D
(do) doakan aku di sini
[int] C Bm Am G
C Bm Am D
everybody sings it!
Chorus:
G
(do) doakan ku harus pergi
D
(re) relakan aku di sini
Em
(mi) misalnya aku kan pulang
C
(fa) fastikan kau tetap menunggu
G
(sol) soal cinta luar biasa
D
(la) lama-lama bisa gila
Em
(si) siapa yang tahu pasti
C           D
(do) doakan aku di sini
G
doakan ku harus pergi
D
relakan aku di sini
Em
misalnya aku kan pulang
C
fafa fastikan kau yang menunggu
G
soal cinta luar biasa
D
lama-lama bisa gila
Em
siapa yang tahu pasti
C      D         G
doakan aku di sini

lirik lagu ya aku j-rocks

Intro: A
A E/G# F#m E 3x E
E-F#m-E/G# A
A                                           Bm
kalau kamu tanya aku siapa cowok paling tampan, ya aku
E                                         A
kalau kamu tanya aku siapa cowok paling baik, ya aku
C#m                                   Bm
kalau kamu tanya aku siapa lelaki yang paling mencintaimu
E                                        A
sudah pasti jawabannya tidak lain tidak bukan ya aku
A                                            Bm
kalau kamu tanya aku siapa cewek paling cantik, ya kamu
E                                          A
kalau kamu tanya aku siapa cewek paling baik, ya kamu
Cm                                               Bm
kalau kamu tanya aku apa aku cinta dan sayang kepada dirimu
E                                       E5-F#5-G#5 A
sudah pasti akan ku jawab dengan ucapkan ”i love you”
Chorus:
D         E          C#m                F#m
tak mungkin ku akan bisa mencari-cari lagi yang lainnya
Bm                    E                A
sudah cukup bagiku hanya engkaulah satu-satunya hei cinta
D      E            C#m               F#m
percayalah padaku janganlah engkau ragu kepadaku
Bm                       E                A
kan ku ajak engkau untuk menjelajahi alam bercinta
Solo: C Dm G C
Em Dm G F Em A
D         E          C#m                F#m
tak mungkin ku akan bisa mencari-cari lagi yang lainnya
Bm                    E                A
sudah cukup bagiku hanya engkaulah satu-satunya hei cinta
D      E            C#m               F#m
percayalah padaku janganlah engkau ragu kepadaku
Bm                       E                A  E/G# F#m E
kan ku ajak engkau untuk menjelajahi alam bercinta
Bm                  E                A  E/G# F#m E
kan ku ajak kau untuk menikmati indahnya cinta
Bm                    E
kan ku ajak kau untuk menjelajahi alam bercinta
A E/G# F#m E 2x E
E-F#m-E/G# A

Jumat, 18 Maret 2011

Chord Zifhilia Aishiteru (menunggumu)

Chord Zifhilia Aishiteru (menunggumu)

Author : Chord Frenzy
[intro] A E F#m E A

A                                        E
Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku 
                                F#m
saat ku harus bersabar dan trus bersabar
                         C#m
menantikan kehadiran dirimu
                             A
entah sampai kapan aku harus menunggu
                                E
sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
                           F#m
hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
                              E
kadang kuberpikir cari penggantimu
                  A
saat kau jauh disana


[chorus]
  A                        E
walau raga kita terpisah jauh
                         F#m
namun hati kita selalu dekat
                            E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A                                     E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
                      F#m
terhapus ruang dan waktu
                       E
percayakan kesetiaan ini
                         A
akan tulus a a ai aishiteru


A                                    E
Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
                           F#m
entah penantianku takkan sia-sia
                            C#m
dan berikan satu jawaban pasti
                             A
entah sampai kapan aku harus bertahan
                          E
saat kau jauh disana rasa cemburu
                          F#m
merasuk kedalam pikiranku melayang
                           E
tak tentu arah tentang dirimu
                          A
apakah sama yang kau rasakan


[chorus]
  A                        E
walau raga kita terpisah jauh
                         F#m
namun hati kita selalu dekat
                            E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A                                     E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
                      F#m
terhapus ruang dan waktu
                       E
percayakan kesetiaan ini
                         A
akan tulus a a ai aishiteru


[bridge]
B                                  G#m
hapus sendiri pikiran melayang terbang
                   F#
perasaan resah gelisah
                             E
jalani kenyataan hidup tanpa gairah

  B                           G#m
lupakan segala misi dan ambisimu
                             F#
akhiri semuanya cukup sampai di sini
                                 E
dan buktikan pengorbanan cintamu untukku     
kumohon kau kembali

[solo] A E F#m E 2x

[Japan song] A E F#m D

[chorus]
  B                        F#
walau raga kita terpisah jauh
                         G#m
namun hati kita selalu dekat
                            F#
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
B                                     F#
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
                      G#m
terhapus ruang dan waktu
                       F#
percayakan kesetiaan ini
                         B
akan tulus a a ai aishiteru
          F#
wooou wo wooo
          G#m F# B
wooou wo wooo

Chord Wali Aku Bukan Bang Toyib

Chord Wali Aku Bukan Bang Toyib

Author : Chord Frenzy
[intro] Bm 
        Bm A G F#

    Bm                 A          Bm
kau bilang padaku, kau ingin bertemu
   Bm               A          Bm
ku bilang padamu oh ya nanti dulu
 A                      G
aku lagi sibuk sayang, aku lagi kerja sayang
   A                      F#
untuk membeli beras dan sebongkah berlian

[chorus]
        Bm                A
sayang, aku bukanlah bang toyib
                G
yang tak pulang-pulang
               F#
yang tak pasti kapan dia datang
      Bm                 A
sabar sayang, sabarlah sebentar
          G                A
aku pasti pulang karna aku bukan 
    F#           Bm
aku bukan bang toyib


  Bm                A         Bm
sudah tunggu saja diriku di rumah
  Bm                  A              Bm
jangan marah-marah, duduk yang manis ya
 A                      G
aku lagi sibuk sayang, aku lagi kerja sayang
  A                       F#
untuk membeli beras dan sebongkah berlian


[chorus]
        Bm                A
sayang, aku bukanlah bang toyib
                G
yang tak pulang-pulang
               F#
yang tak pasti kapan dia datang
      Bm                 A
sabar sayang, sabarlah sebentar
          G                A
aku pasti pulang karna aku bukan 
    F#           
aku bukan bang toyib

[solo] Bm G A Bm
       Bm G A F#

[chorus]
        Bm                A
sayang, aku bukanlah bang toyib
                G
yang tak pulang-pulang
               F#
yang tak pasti kapan dia datang
      Bm                 A
sabar sayang, sabarlah sebentar
          G                A
aku pasti pulang karna aku bukan 
    A
aku bukan aku bukan
    F#            Bm
aku bukan bang toyib